Suatu kisah lagi, ini bukan dari kalangan pengusaha. Teman sahabat saya, seorang profesional lulusan luar negeri yang cemerlang. Di puncak karirnya, posisi direktur sebuah perusahaan besar terkenal memberikan penghasilan tidak kurang dari seratus juta rupiah sebulan. Lazimnya direktur, dia mempunyai fasilitas mobil dinas dari perusahaan. Namun, dengan penghasilannya yang cukup besar, ia merasa perlu membeli mobil mewah juga. Toh uangnya ada dan cukup. Dia merasa LEBIH PERCAYA DIRI setelah membeli dua mobil mewah mengisi gaasinya. Rumah besar di kawasan elit itu terasa lengkap
SAYANGNYA.... sebuah pertemuan yang tidak disengaja, membuat saya terhenyak. Awal tahu yang lalu, didapati dia sedang berjalan kaki dan mondar mandir menunggu taksi. Gaya menterengya sudah luntur sama sekali. Pemandangannya kini sudah pilu. Pasalnya, saya juga kenal banyak anak buahnya dan mereka hidup nyaman. Padahal ketika masih bekerja di perusahaan otomotif itu, penghasilan mereka lebih kecil dibandingkan sang direktur. Lagi-lagi GAYA HIDUP/ LIFE STYLE yang jadi biang keroknya
Mentalitas middle class
Golongan kedua ini adalah orang dengan mentalitas middle class atau kelas gaya menengah. Mereka berpenghasilan tinggi dan terlihat kaya. Saya ulangi lagi terlihat kaya . Orang-orang dari kelas ini cenderung fokus untuk terlihat kaya. Buka menjadi kaya yang sesungguhnya. Artinya, mereka tidak tahu, perbedaan antara kaya dan terlihat kaya. Sukses dengan terlihat sukses.
Semua aset dan energi mereka curahkan untuk mempermak penampilan agar dipandang "wah" oleh orang lain. Adapun saat yang sama, mereka lupa membangun kesuksesan yang sesungguhnya.
"Ekonomo adalah darah penghidupan. Orang yang belum merdeka dalam ekonomi, kemungkinan besar belum merdeka dalam kehidupan. Temukan rahasia bagaimana membangun bisnis dengan pintar, kapan menggunakan utang, utang seperti apa yang harus dihindari dan bagaimana mengusai strategi jitu untuk keluar dari lilitan utang, dan hidup benar-benar kaya!!"
Coba anda perhatikan. Ketika melihat teman SMA setelah belasan tahun berpisah. Dia sedang ngopi di cafe mahal. Di dekat cangkir kopinya tergeletak smartphone terbaru dan kunci mobil mewah. Apa yang pertama kali anda pikirkan? Kemungkinan besar anda akan menduga bahwa dia sudah menjadi orang sukses. Apalagi jika anda mengingatnya sebagai murid pandai di kelas atau anak orang kaya. Semoga dugaan anda benar. Jika ternyata tidak, teman anda itu mungkin ada di golongan middle class.
Yang menjadi fokus orang-orang di kelas menengah ini adalah life style.Yang mereka perjuangkan adalah gaya hidup. Bahkan, gaya hidupnya adalah cara hidupnya, ideologinya yang selalu membuatnya risau adalah penilaian orang lain. Apapun akan dilakukannya untuk terlihat sukses di mata orang lain. AKibatnya, dia akan menghabiskan sebagian besar penghasilannya bahkan berhutang demi membiayai gaya hidupnya.
Sebagian dari mereka adalah orang yang pernah memiliki penghasilan tinggi atau punya uang banyak. Ketika kemampuannya mengelola uang tidak bisa jadi sandaran, sebanyak apapun uangnya, dia akan menuju kemiskinan. Masalahnya, mereka terlanjur yakin bahwa gaya hidup mahal adalah andalannya untuk tampil percaya diri. Dia harus berjuang untuk mempertahankannya. Akhirnya, biaya hidupnya yang mahal mengalahkan segala prioritas, termasuk menabung dan berinvestasi.
IRONISNYA... orang-orang middle class juga menjadikan investasi sebagai gaya hidup. Dia sangat ingin disebut orang kaya dan punya banyak investasi. Dengan tujuan itu, dia serahkan uangnya untuk dikelola orang lain dengan harapan memperoleh keuntungan berlipat. Kenyataannya, orang-orang middle class ini banyak kehilangan uang saat investasi ataupun saat mengelola bisnis sendiri. Dia tidak pernah peduli pada investasi yang dipilihnya ataupun bisnis yang dijalankannya. Dia pikir, uangnya akan bekerja sendiri dalam investasi atau bisnis seringkali ia preteli untuk membayar gaya hidup mewahnya tadi.
Para pengusaha cenderung tidak terganggu dengan gaya hidup. Mereka peduli dengan uangnya dan berusaha memanfaatkan nya secara bijak
Sesekali saya mengamati, banyak rekan pengusaha yang memilih fasilitas penerbangan tiket kelas ekonomi atau bisnis. Di saat yang sama ada beberapa orang yang selalu memilih kelas bisnis atau firts class. Siapakah mereka?? Mereka adalah para eksekutif yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Artinya, para pengusaha cenderung tidak terganggu dengan gaya hidup. Mereka peduli dengan uangnya dan berusaha memanfaatkannya dengan bijak. Sebaliknya, kalangan menengah sangat risau jika merasa gaya hiduonya turun. It's all about life style !!!
Middle Class membelanjakan uangnya untuk menciptakan kewajiban baru, yakni utang baru. Middle Class sangat suka terlihat kaya. Padahal, ongkos untuk terlihat kaya itu jauh lebih mahal daripada menjadi kaya.
Bagaimana akhir kisah seorang middle class? dengan penghasilan yang tidak pernah cukup sebesar apapun uang yang didapatkannya-mereka tidak punya anggaran untuk investasi atau membangun bisnis yang sehat. Semua habis demi kendaraan mewah, hobi mahal, gadget canggih dan panampilan mentereng, Walaupun tahu bahwa mereka hanya mengulur waktu, tapi menghentikan gaya hidupnya bukan hal yang mudah. Cepat atau lambat, secara teknis orang-orang ini akan berakhir bangkrut dan hidup dalam kemiskinan. Sedih sekali. Mereka menghadang sgala resiko demi terlihat kaya, tetapi berakhir menjadi orang miskin yang sesungguhnya.
Penyunting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar