Memahami Positioning IIBF
"My philosophy is that not only are you responsible for your life, but doing the best at this moment puts you in the best place for the next moment.”
Begitulah kalimat yang keluar dari seorang Oprah Winfrey mengenai pentingnya positioning dalam meraih sukses.
Bahwa bertanggung jawab terhadap kehidupan saja tidak cukup, anda harus melakukan sesuatu yang terbaik pada posisi terbaik untuk ikut membangun masa depan.
Sebagai kader IIBF, kalian layak bertanya.
Mengapa visi IiBF adalah "Building the Character and Wealth"?
Mengapa Purpose IiBF adalah "Untuk menciptakan Pengusaha yang berbisnis layaknya Pebisnis kelas dunia dan berperilaku layaknya muslim yang bertaqwa"?
Dua hal tersebut terformulasi sedemikian rupa tidak lepas dari Positioning yang diambil oleh IiBf dalam peranannya untuk ikut meretas sukses bangsa Indonesia ke depan.
IIBF mengambil positioning "Membangun Karakter Pengusaha Indonesia".
Positioning IIBF ini lebih jauh bisa dimaknai bahwa:
1. IIBF fokus pada Sang Pengusaha, bukan pada Management
2. IIBF menanamkan Prinsip, bukan sekedar Metode
3. IIBF mengutamakan Karakter, bukan sekedar Personal Brand
4. Tujuan utama IIBF adalah pada cara bermain, bukan sekedar transfer Pengetahuan
5. Konsep yang diajarkan IIBF bersandar pada keyakinan, bukan pada konsep yang sedang populer
6. IIBF bertujuan menciptakan Pengusaha kuat, bukan pengusaha yg terlihat hebat
7. Produk unggulan IIbF adalah inspirator bisnis dan kejuangan, bukan macan panggung
8. IIBF dibangun sebagai komunitas pejuang, bukan komunitas untuk cari uang
9. iIBF ingin menjadi ladang amal, bukan ladang bisnis
Positioning inilah yang membuat IiBF memiliki karakter tersendiri.
Maka di IIBF kadernya disebut sahabat pejuang, ada al aqabah, ada Debt Free Center, Pengusaha diajak berhijrah ke arah yang lebih baik, diajak untuk ikut ambil bagian dalam membangun agama dan bangsa. IIBF juga melahirkan gerakan Beli Indonesia yang hari ini menjadi gerakan mainstream yang diikuti oleh berbagai institusi bahkan oleh Pemerintah Daerah.
Layaknya mendirikan sebuah bangunan, banyak pihak yang dibutuhkan disana, masing masing memiliki peranannya sendiri.
Disana diperlukan tukang gambar, tukang batu, tukang kayu, ahli interior, lanscape, supplier bahan bangunan.
Dalam konteks tersebut IiBF memilih positioning menangani pekerjaan struktur yang mencakup rancang bangun, pondasi, pilar, dan kerangka utama.
Apakah itu membangun rumah dengan ukuran tanah 99 meter persegi ataupun gedung pencakat langit dengan jumlah 99 lantai, semuanya membutuhkan struktur yang sempurna sehingga bangunan bisa berdiri dengan kuat dan dapat bertahan dalam segala cuaca.
IIBF meyakini bahwa tanpa stuktur yang kuat, seindah apapun bangunannya, sebagus apapun perabotannya, akan mudah runtuh sewaktu waktu.
Positioning ini bukan persoalan salah atau benar, Positioning adalah sebuah pilihan, dimana mengambil positioning akan membawa konsekuensi yang harus dibayar.
Dalam perjuangannya, konsekuensi dari Positioning yang diambil IiBF bisa dilihat sbb:
1. Ajarannya harus bisa dibedakan dengan jelas, mana IIBF dan mana yang bukan.
2. IIBF harus tegas dalam nilai
3. IIBF harus selektif dalam konsep dan metode
4. IIBF harus berani menjadi diri sendiri: No Compete, No Complete
5. IIBF harus memiliki tingkat kedisiplinan dalam berjuang
6. IIBF tidak boleh menjual ilmu, tidak melarang materi disebar luaskan dengan gratis
7. IIBF tidak boleh mempersoalkan bayaran
8. IIBF harus melihat audiencenya yang heterogen, ada yang kecil, ada yg besar. Ada yang berpendidikan, ada yang kurang berpendidikan.
9. IIBF harus melayani audience sebagai umat, bukan sebagai customer
Sebagai Pengusaha, tantangan tidak pernah usai, masalah demi masalah tidak bisa dihindari. Sebuah konsekuensi memilih menjadi pengusaha. Tidak mudah memang.
Maka keberadaan IIBF diharapkan bisa menemani mereka dalam menghadapi berbagai tantangan usaha, tantangan kehidupan, dan upaya melakukan penguatan karakter mereka sebagai Pengusaha Pejuang.
Ukuran keberhasilan IiBF adalah terciptanya pengusaha kuat yang memiliki semangat kejuangan untuk agama dan bangsa.
Dalam perspektif dakwah kita mengenal produk gagal yang disebut penganut Teology maut, yaitu mereka yang berani mati karena tidak berani hidup.
Dalam perspektif IIBF, disebut kegagalan jika hanya menghasilkan Pengusaha putus asa, salah satunya adalah yang memilih lari ke panggung karena tidak lagi berani berbisnis.
IIBF hingga saat ini dikenal sebagai pelabuhan terakhir bagi Pengusaha yang telah kesana kemari belajar dan tidak menemukan apa yang mereka butuhkan. Hal tersebut bukan lantaran IIBF menyediakan segala galanya bagi mereka, bukan karena IIBF memberikan lebih banyak dari yang lain, bukan karena IIBF telah memberikan janji dengan bahasa marketing yang muluk muluk..mereka menjadikan IIbF sebagai pelabuhan terakhir justru karena IIBF menyampaikan sesuatu dengan jujur, menyampaikan apa yang perlu di fahami oleh mereka sebagai Pengusaha, tidak peduli apakah itu sesuatu yang menggembirakan ataupun justru sesuatu yang memantik kegelisahan mereka..mereka menjadikan IIBF pelabuhan terakhir karena IIBF mengambil peran yang jelas, sebuah pekerjaan yang sudah lama ditinggalkan oleh bangsa ini, yaitu pembangunan karakter!.
Tulisan ini ada jawaban saya atas berbagai pesan keprihatinan yang dikirim ke saya dalam seminggu terakhir ini. Masukan masukan yang mengindikasikan adanya beberapa kader yang menghadapi gejala krisis identitas, melakukan proses pembinaan dan coaching di daerah dengan konsep diluar standar IIBF.
Maka menindak lanjuti hal tersebut saya mengambil langkah sbb:
1. Membentuk Komite yang akan mengurusi, mengevaluasi dan menyelenggarakan kegiatan pembinaan.
2. Meluruskan dan memastikan agar daerah melakukan pembinaan sesuai dengan standard IIBF.
3. Menegakkan disiplin organisasi.
4. Melakukan evaluasi terhadap program vCoach dan merumuskan perbaikan yang harus di ambil sehingga lebih sesuai bagi IIBF ke depan.
Demikian, saya berharap kejadian ini membawa hikmah dan bisa kita maknai sebagai proses penajaman visi, penguatan positioning IIBF di tengah usaha membangun bangsa.
Kedewasaan kader IIBF dalam mensikapi hal ini harus ditunjukkan dengan cara menegakkan disiplin di satu sisi dan tetap membina silaturahmi serta bahu membahu dalam dakwah di sisi yang lain.
Semoga Allah merahmati sahabat pejuang di seluruh Indonesia.
Salam dari Las Vegas, Amerika Serikat.
Begitulah kalimat yang keluar dari seorang Oprah Winfrey mengenai pentingnya positioning dalam meraih sukses.
Bahwa bertanggung jawab terhadap kehidupan saja tidak cukup, anda harus melakukan sesuatu yang terbaik pada posisi terbaik untuk ikut membangun masa depan.
Sebagai kader IIBF, kalian layak bertanya.
Mengapa visi IiBF adalah "Building the Character and Wealth"?
Mengapa Purpose IiBF adalah "Untuk menciptakan Pengusaha yang berbisnis layaknya Pebisnis kelas dunia dan berperilaku layaknya muslim yang bertaqwa"?
Dua hal tersebut terformulasi sedemikian rupa tidak lepas dari Positioning yang diambil oleh IiBf dalam peranannya untuk ikut meretas sukses bangsa Indonesia ke depan.
IIBF mengambil positioning "Membangun Karakter Pengusaha Indonesia".
Positioning IIBF ini lebih jauh bisa dimaknai bahwa:
1. IIBF fokus pada Sang Pengusaha, bukan pada Management
2. IIBF menanamkan Prinsip, bukan sekedar Metode
3. IIBF mengutamakan Karakter, bukan sekedar Personal Brand
4. Tujuan utama IIBF adalah pada cara bermain, bukan sekedar transfer Pengetahuan
5. Konsep yang diajarkan IIBF bersandar pada keyakinan, bukan pada konsep yang sedang populer
6. IIBF bertujuan menciptakan Pengusaha kuat, bukan pengusaha yg terlihat hebat
7. Produk unggulan IIbF adalah inspirator bisnis dan kejuangan, bukan macan panggung
8. IIBF dibangun sebagai komunitas pejuang, bukan komunitas untuk cari uang
9. iIBF ingin menjadi ladang amal, bukan ladang bisnis
Positioning inilah yang membuat IiBF memiliki karakter tersendiri.
Maka di IIBF kadernya disebut sahabat pejuang, ada al aqabah, ada Debt Free Center, Pengusaha diajak berhijrah ke arah yang lebih baik, diajak untuk ikut ambil bagian dalam membangun agama dan bangsa. IIBF juga melahirkan gerakan Beli Indonesia yang hari ini menjadi gerakan mainstream yang diikuti oleh berbagai institusi bahkan oleh Pemerintah Daerah.
Layaknya mendirikan sebuah bangunan, banyak pihak yang dibutuhkan disana, masing masing memiliki peranannya sendiri.
Disana diperlukan tukang gambar, tukang batu, tukang kayu, ahli interior, lanscape, supplier bahan bangunan.
Dalam konteks tersebut IiBF memilih positioning menangani pekerjaan struktur yang mencakup rancang bangun, pondasi, pilar, dan kerangka utama.
Apakah itu membangun rumah dengan ukuran tanah 99 meter persegi ataupun gedung pencakat langit dengan jumlah 99 lantai, semuanya membutuhkan struktur yang sempurna sehingga bangunan bisa berdiri dengan kuat dan dapat bertahan dalam segala cuaca.
IIBF meyakini bahwa tanpa stuktur yang kuat, seindah apapun bangunannya, sebagus apapun perabotannya, akan mudah runtuh sewaktu waktu.
Positioning ini bukan persoalan salah atau benar, Positioning adalah sebuah pilihan, dimana mengambil positioning akan membawa konsekuensi yang harus dibayar.
Dalam perjuangannya, konsekuensi dari Positioning yang diambil IiBF bisa dilihat sbb:
1. Ajarannya harus bisa dibedakan dengan jelas, mana IIBF dan mana yang bukan.
2. IIBF harus tegas dalam nilai
3. IIBF harus selektif dalam konsep dan metode
4. IIBF harus berani menjadi diri sendiri: No Compete, No Complete
5. IIBF harus memiliki tingkat kedisiplinan dalam berjuang
6. IIBF tidak boleh menjual ilmu, tidak melarang materi disebar luaskan dengan gratis
7. IIBF tidak boleh mempersoalkan bayaran
8. IIBF harus melihat audiencenya yang heterogen, ada yang kecil, ada yg besar. Ada yang berpendidikan, ada yang kurang berpendidikan.
9. IIBF harus melayani audience sebagai umat, bukan sebagai customer
Sebagai Pengusaha, tantangan tidak pernah usai, masalah demi masalah tidak bisa dihindari. Sebuah konsekuensi memilih menjadi pengusaha. Tidak mudah memang.
Maka keberadaan IIBF diharapkan bisa menemani mereka dalam menghadapi berbagai tantangan usaha, tantangan kehidupan, dan upaya melakukan penguatan karakter mereka sebagai Pengusaha Pejuang.
Ukuran keberhasilan IiBF adalah terciptanya pengusaha kuat yang memiliki semangat kejuangan untuk agama dan bangsa.
Dalam perspektif dakwah kita mengenal produk gagal yang disebut penganut Teology maut, yaitu mereka yang berani mati karena tidak berani hidup.
Dalam perspektif IIBF, disebut kegagalan jika hanya menghasilkan Pengusaha putus asa, salah satunya adalah yang memilih lari ke panggung karena tidak lagi berani berbisnis.
IIBF hingga saat ini dikenal sebagai pelabuhan terakhir bagi Pengusaha yang telah kesana kemari belajar dan tidak menemukan apa yang mereka butuhkan. Hal tersebut bukan lantaran IIBF menyediakan segala galanya bagi mereka, bukan karena IIBF memberikan lebih banyak dari yang lain, bukan karena IIBF telah memberikan janji dengan bahasa marketing yang muluk muluk..mereka menjadikan IIbF sebagai pelabuhan terakhir justru karena IIBF menyampaikan sesuatu dengan jujur, menyampaikan apa yang perlu di fahami oleh mereka sebagai Pengusaha, tidak peduli apakah itu sesuatu yang menggembirakan ataupun justru sesuatu yang memantik kegelisahan mereka..mereka menjadikan IIBF pelabuhan terakhir karena IIBF mengambil peran yang jelas, sebuah pekerjaan yang sudah lama ditinggalkan oleh bangsa ini, yaitu pembangunan karakter!.
Tulisan ini ada jawaban saya atas berbagai pesan keprihatinan yang dikirim ke saya dalam seminggu terakhir ini. Masukan masukan yang mengindikasikan adanya beberapa kader yang menghadapi gejala krisis identitas, melakukan proses pembinaan dan coaching di daerah dengan konsep diluar standar IIBF.
Maka menindak lanjuti hal tersebut saya mengambil langkah sbb:
1. Membentuk Komite yang akan mengurusi, mengevaluasi dan menyelenggarakan kegiatan pembinaan.
2. Meluruskan dan memastikan agar daerah melakukan pembinaan sesuai dengan standard IIBF.
3. Menegakkan disiplin organisasi.
4. Melakukan evaluasi terhadap program vCoach dan merumuskan perbaikan yang harus di ambil sehingga lebih sesuai bagi IIBF ke depan.
Demikian, saya berharap kejadian ini membawa hikmah dan bisa kita maknai sebagai proses penajaman visi, penguatan positioning IIBF di tengah usaha membangun bangsa.
Kedewasaan kader IIBF dalam mensikapi hal ini harus ditunjukkan dengan cara menegakkan disiplin di satu sisi dan tetap membina silaturahmi serta bahu membahu dalam dakwah di sisi yang lain.
Semoga Allah merahmati sahabat pejuang di seluruh Indonesia.
Salam dari Las Vegas, Amerika Serikat.
-Heppy Trenggono
Nuri Ardiansyah
Santri IIBF (Indonesian Islamic Bussiness Forum)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar