Usai memenangkan sebuah pertempuran, seorang jenderal di sebuah kerajaan China kuno membawa pasukannya pulang ke kota raja. Agar cepat sampai tujuan dia memerintahkan pasukannya mengambil jalan pintas hingga tiba di pinggir sebuah sungai yang cukup lebar.
Sang Jendral kemudian bertanya kepada seorang anak kecil yang sedang bermain di tempat
itu.
“ Nak, bisa tidak kuda-kuda saya melewati sungai ini?”; tanyanya.
“ Bisa ” ; jawab anak kecil itu dengan sangat yakin.
Jendral itupun memerintahkan pasukan untuk menyeberangi sungai itu. Makin ke tengah air makin dalam hingga Jendral dan pasukan berkudanya hanyut terbawa arus. Dengan susah payah Jenderal ini menyelamatkan diri dengan berenang ke pinggir. Di pinggir sungai diabertemu lagi dengan anak kecil tadi, dengan marah jendral bertanya
“ Hei anak kecil,..! tadi kamu bilang kami bisa menyeberang sungai ini “, katanya
dengan penuh amarah. “ Mengapa kamu bohong? “;
“ Saya tak tidak bohong,” jawab anak kecil itu dengan takut. “ Saya melihat kudamu besar-besar dan saya yakin kudamu bisa menyeberang. Bebek saya saja yang tubuhnya jauh lebih kecil bisa dengan mudah menyeberang sungai ini,” jawab anak ini tanpa rasa bersalah.
Cerita Cina kuno ini juga sering terjadi pada seorang entrepereneur ketika sedang menghadapi masalah. Dia bertanya kepada seseorang yang dia anggap bisa menjawab masalahnya. Tetapi baru tahu bahwa jawabannya itu salah setelah masalah semakin dalam karena mengikuti saran itu.
Minggu lalu seorang pengusaha ekspedisi di Jakarta datang ke saya menceritakan tentang
kerugian yang dialaminya. “ Pak, saya baru kehilangan uang yang sangat banyak,”
begitu katanya. “Kok bisa?” tanyaku singkat.
“Uang itu saya beli property setelah mendengar saran dari seorang trainer bisnis,” jawabnya.
Pengusaha ini kemudian panjang lebar menceritakan sejarah usahanya dan kronologis pertemuannya dengan trainer itu. Dari kisah pengusaha ini diketahui bahwa Sang trainer yang memberi saran itu dulunya adalah seorang professional yang dikenal sebagai ahli marketing yang sangat handal. Kemudian mengundurkan diri sebagai professional dan mendirikan sebuah lembaga training bisnis. Trainer ini telah menolong puluhan perusahaan dengan meningkatkan angka penjualannya. Track Record ini yang membuat pengusaha tadi yakin mengikuti saran trainer itu. Padahal masalah yang dihadapinya bukan masalah penjualan tetapi keputusan untuk berinvestasi. Atas saran Si Trainer pengusaha itu kemudian membeli property dalam bentuk beberapa unit rumah. Akibatnya dia mengalami kesulitan cash flow sehingga mengganggu operasional usaha utamanya Salahkah Si Trainer itu? Tidak. Dia tidak bermaksud menjerumuskan pengusaha itu. Bahkan sebaliknya ingin membantu pengusaha untuk keluar dari masalahnya.
Sama seperti anak kecil yang hampir menenggelamkan jendral dan pasukannya tadi. Anak itu tidak bermaksud menenggelamkan jendral dan pasukannya. Dia hanya menyarankan berdasarkan keyakinannya saja setelah membandingkan antara kuda dan bebek. Tetapi dia sendiri tidak pernah mengalami langsung bagaimana caranya menyeberangi sungai itu. Apalagi sampai mengetahui kedalaman air dan kekuatan arusnya.
Agar tidak mengalami hal yang sama seperti jendral itu maka kita harus bertanya kepada orang yang tepat sesuai dengan masalah yang kita hadapi. Ketika saya mengalami kejatuhan usaha dan terlilit utang yang cukup besar saya memutuskan mencari seorang mentor bisnis.
Teman dekat saya, seorang ustadz menasehati saya dengan kalimat yang singkat yang selalu saya ingat ”, mencari ilmu itu harus dengan ilmu “. Dengan nasehat singkat itu membuat saya selalu berupaya untuk mencari orang yang tepat untuk bertanya tentang masalah bisnis saya. Seorang mentor saya menganjurkan untuk mencari orang yang tepat ini dengan sebuah ungkapan pendek, “ Knock The Right Door “
penyunting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar