Haji dan Umroh itu Gratissss (part 2)

True Story 
Ini adalah lanjutan pembuktian bahwa Umroh dan Haji itu Gratiisss… Kisah tentang sebuah keyakinan, kisah tentang kesabaran dan keteguhan. Saya akan menceritakan tentang seorang yang bernama Pak Din, beliau adalah seorang karyawan swasta dengan 1 istri yang tidak bekerja dan mempunyai penghasilan UMR, beliau mempunyai seorang ibu sudah cukup ‘sepuh’ yang berprofesi sebagai penjual makanan di depan rumahnya. Kisah dimulai ketika Pak Din mengunjungi ibu nya, percakapan terjadi di sana dan sampai pada ujung pembicaraan, Pak Din bertanya kepada sang ibu,’ibu apa yang di dunia ini ibu inginkan dan belum kesampaian?’,kemudian sang ibu menjawab,’ aku pengen umroh/naik haji Din’.
‘Mak Deg’ Pak Din mendengar jawaban sang ibu, kemudian Pak Din mulai mengusahakan dengan dating ke rumah saudara2nya dan menyampaikan mohon bantuan karena ibu nya ingin umroh/naik haji. Mendengar apa yang disampaikan Pak Din, keluarganya (Pakdhe, Paklek ,dll) hanya menertawakannya, 
Din…din…umroh haji ki larang, saiki biayane pira?
40 jt pakdhe
lha saiki po yo ibumu arep mangkat dewe, lak yo paling ora kawe ngancani to din? Nek kowe ngancani paling ora butuh duit 80 jt wong loro durung karo sangu ne… (akhirnya misi pertama gagal)
setelah itu pulanglah Pak Din
bertemu istrinya dan menceritakan hal tersebut kepada istrinya, diskusi terjadi di sana. Pak Din mulai menghitung dengan logika, penghasilan ibunya +/- 15-20rb per hari, sedangkan Pak Din dengan penghasilannya saat ini, kalaupun mau dimaksimalkan dengan menghemat sehemat mungkin pengeluaran bahkan sampai menghemat makan maksimal bisa menyisihkan 1jt/bulan, dengan catatan dia tidak mempunyai pengeluaran apa-apa karena gajinya hanya UMR, tapi ini imposible, berapa lama saya harus menabung? Ibu saya besok usianya berapa kl nunggu tabungan terpenuhi?? Secara logika ini imposible, sungguh imposible…
Namun apa yang dilakukan Pak Din, dia tetap menjaga keyajinannya terus dijaga sampai akhirnya dia mengajak istrinya untuk bertemu ibunya, Sungkemlah Pak Din sampai mencium kaki ibunya mohon restu kepada ibunya agar bisa mengusahakan keberangkatan umroh/haji beliau, begitu juga istrinya mencium kaki ibunya sungkem dan mohon restu. 
Sekali lagi dengan terus menguatkan tekadnya, tiga hari berselang kisah ini berlanjut, Pak Din ditelp oleh bosnya ‘Din, saya barusan ditelp oleh pimpinan di Jakarta kalau kita diminta membantu menjualkan sebuah tanah dan bangunan, ini sudah 4 tahun ditawar-tawarkan diiklankan belum laku-laku sampai sekarang’. Setelah itu, Pak Din mbatin ‘tanah dan bangunan sudah 4 tahun diiklankan belum laku, kok saya yang diminta bantuan menjualkannya, saya belum pernah punya pengalaman jual beli apalagi sebesar ini wong saya sama sekali belum punya pengalaman bisnis maupun makelar an. Akan tetapi tetap ia menjalankan perintah bosnya. Pak Din bertutur ‘saya hanya kenal 3 orang yang memungkinkan untuk bisa membeli tanah dan bangunan itu, (1. Pemilik toko bangunan, 2 Seorang Notaris, 3. (saya lupa siapa yang ketiga ini)). Mulailah ditelp ketiga orang tersebut. Ajaibnya, keesokan harinya ada 2 orang yang menelpon balik pak din dan minta mau lihat dokumen surat-suratnya (1. Pemilik toko bangunan dan 2. Seorang Notaris) 
Mulailah pak din janjian dengan beliau-beliau, anehnya lagi janjian di hari yang sama juga, karena sang notaris yang menghubungi duluan, maka Pak Din menemui sang notaries terlebih dahulu, ditelitilah surat-suratnya kemudian sang notaris bilang ‘Ok Pak Din, saya sepakat harganya, saya juga suka melihat tanah nya’ 
Bayangkan pak, tanpa ditawar, harga langsung disepakati oleh calon pembeli. Pak Din juga kaget mendengar jawaban tersebut. Kemudian sang notaris menyampaikan, saya sepakat dengan harganya Pak Din, tapi saya menawar cara membayarnya (baca: tidak langsung kontan), coba Pak Din hubungi bosnya dan bilang seperti itu apakah boleh, kemudian telpon lah pak din ke bosnya tapi jawaban sang bos tidak membolehkan karena harus cash pembayarannya, dan transaksipun dibatalkan –misi gagal lagi 
(Din…sedikit lagi din) 
Kemudian bertemulah pak Din dengan pemilik toko bangunan yang juga sudah janjian dengannya, pemilik toko bangunan tersebut bilang’Pak Din, ini kebetulan sodara saya sedang kesini dan kemarin sudah saya ajak lihat tanah yang Pak Din kasih lihat ke saya, pada intinya Oke Pak Din kami mau dengan tanah tersebut dan harganya juga sudah cocok, ga usah lama-lama ayo pak din ikut saya ke Bank untuk ambil uangnya, dan betul saja uang langsung dibayar cash 5,5 Miliyar tanpa ditawar tanpa punya pengalaman jual beli (ini sekali lagi kisah imposible kawan) 
Saya Lanjutkan cerita, setelah itu dengan hati gembira Pak Din sampaikan kepada bosnya bahwa tanah dan bangunan itu sudah laku dan uangnya sudah ia bawa. 
Komisi untuk makelar tanah/bangunan biasanya 2,5% dari harga jual tapi untuk nominal di atas 1 miliyar biasanya 1% (kata beliau) 
Diserahkanlah uang itu kepada bosnya, secara logika manusia pak din bisa dapat komisi 1% x 5,5 Miliyar = +/- 55 juta karena Pak Din berperan sebagai makelar menjualkan tanah dan bangunannya, sehingga sebenarnya sudah cukup untuk memberangkatkan ibunya sendiri haji/umroh. Tetapi apa yang terjadi, ternyata si bos sama sekali tidak memberikan komisi kepada Pak Din, ‘kamu kan bertugas sebagai karyawan di sini jadi ya masih dalam lingkup kerjaanmu, beda kalau kamu bukan karyawan, kamu saya kasih komisi’. Luar biasa sekali kondisi ini, dan apa yang dilakukan Pak Din selanjutnya? 
Pak Din tidak melakukan konfrontasi kepada bosnya, ya sudah kalau memang seperti itu penuh keridhoan beliau bilang ‘diikhlaskan saja’. Pak Din melanjutkan pekerjaannya sehari-hari, sampai pada sekitar satu bulan kemudian Pak Din ditelpon oleh si pembeli tanah tadi (pemilik toko bangunan) ‘Pak Din, saya maunya itu tanahnya saja, jadi minta tolong bangunannya Pak Din beresin yang dibersihkan saja, terserah mangga itu pak Din saja’ disampaikanlah permintaan pembeli tanah ini kepada bosnya, dan bosnya pun menjawab ‘Ya sudah Pak Din urusi saja, dibongkar bangunannya dibersihkan, itu Pak Din saja lah yang ngerjakan’ 
Dalam benak Pak Din (Pak Din sudah jualkan dan ga dapat apa-apa, sekarang urusan agak ribet ini harus dia lagi yang membereskan, bangunan itu seluas 500 m2 tentu butuh biaya besar untuk merobohkan dan mindah-mindahkan, uang darimana saya?). Nah kemudian, Pak Din telp ke temennya dan dia minta tolong kepada temennya untuk menjualkan bangunan tersebut (ternyata bangunan itu berupa full kayu seluas 500m2, nanti hasilnya 50%-50% dibagi antara Pak Din dan temennya yang menjualkan. Akhirnya teman Pak Din menawarkan bangunan itu dan deal laku 275 jt bersih, urusan bongkar sudah menjadi urusan si pembeli. 

Subhanallah… 275 jt dibagi dua dan Pak Din mendapat bagian 137,5 jt bersih langsung kontan…Tunaiii… 
Akhirnya uang itu digunakan tidak hanya untuk memberangkatkan ibu tapi juga Pak Din bersama istrinya. 

Sahabatku, Allah itu pencipta seluruh alam semesta, Allah itu Maha Kuasa… 
Sehingga jika Allah sudah mengundang tamunya, maka semua akomodasi, biaya, kebutuhan semua tamunya sudah Allah tanggung, Gratisssss untuk semua tamu-Nya 

Banyak yang sudah membuktikan bahwa haji-umroh itu bukan tentang berapa kita punya uang, berapa penghasilan kita, tapi haji-umroh itu untuk siapa yang menyambut undangan menjadi Tamu Allah dengan cara dan skanrio Nya 

Cerita ini Semoga dapat menginspirasi 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar